English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : YBG

Jumat, 25 Februari 2011

TAFSIR AL-FATIHAH


بسم الله الرحمان الرحيم

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-Fatihah : 1)

Disebut Al-Fatihah artinya pembukaan kitab tertulis dan dengan Al-Fatihah itu dibuka bacaan di dalam shalat.

Anas bin Malik menyebutkan, Al-Fatihah itu disebut juga Ummul Kitab menurut jumhur ulama. Dalam Hadist Shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairoh, ia menuturkan rasululloh bersabda : “(الحمد لله ربّ العالمين ) adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, As-Sab’ul Matsani ( tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan Al-Qur’anul ‘Azhim”.

Surat ini disebut juga dengan sebutan Al-Hamdu dan Ash-Sholah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasululloh, dari Rabbnya, Dia berfirman : “Aku membagi shalat antara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian”. Jika seorang hamba mengucapkan : “( الحمد لله ربّ العالمين )”, maka Alloh berfirman, “Aku telah dipuji hamba-Ku”

Al-Fatihah disebut Ash-Shalat, karena Al-Fatihah itu sebagai syarat sahnya shalat. Selain itu, Al-Fatihah disebut juga Asy-Syifa. Berdasarkan hadits riwayat Ad-Darimi dari Abu Sa’id, sebagai hadits , “Fatihatul Kitab itu merupakan penyembuh dari setiap racun”.

Juga disebut Ar-Ruqyah. Berdasarkan hadits Abu Sa’id, yaitu ketika menjampi seseorang yang terkena sengatan, maka Rasululloh bersabda :”Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah itu adalah Ruqyah”

Surat Al-Fatihah diturunkan di Makkah. Demikian dikatakan Ibnu Abbas, Qotadah, dan Abul’Aliyah. Tetapi ada juga yang berpendapat turun di Madinah. Inilah pendapat Abu Hurairah, Mujahid, ‘Atha bin Yasar, dan Az-Zuhri. Ada yang berpendapat, surat qal-Fatihah turun dua kali, sekali turun di Makkah dan yang sekali lagi di Madinah.

Pendapat pertama lebih sesuai dengan firman Alloh :

ولقد ءاتيناك سبعا من المثاني

Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu sab’an minal matsani (Tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) (Q.S. Al-Hijr : 87)

Wallohu a’lam

Dan surat ini, secara sepakat terdiri dari tujuh ayat. Hanya saja terdapat perbedaan dalam masalah basmalah, apakah sebagai ayat yang berdiri sendiri pada awal surat Al-Fatihah, sebagaimana menurut kebanyakan ahli Qurra’ Kufah, dan pendapat sebagian Sahabat dan Tabi’in. Atau bukan sebagai ayat pertama dari surat tersebut, sebagaimana yang dikatakan para Qurra’ dan ahli fiqih Madinah. Dan mengenai hal ini terdapat tiga pendapat, yang insya Alloh akan dikemukakan pada pembahasan berikutnya.

Mereka mengatakan : “Surat Al-Fatihah terdiri dari 25 kata dan 113 huruf”. Al-Bukhari dalam awal kitab tafsir : “ Disebut Ummul Kitab, karena Al-Fatihah ditulis pada permulaan Al-Qur’an dan dibaca pada permulaan Shalat. Ada juga yang berpendapat, disebut demikian karena seluruh makna Al-Qur’an kembali apa yang dikandungnya.”

Ibnu Jarir mengatakan :”Orang Arab menyebut ‘Umm’ unutk semua yang mencangkup atau mendahului sesuatu jika mempinyai hal-hal lain yang mengikutinya dan ia sebagai pemuka yang meliputinya. Seperti Umm al ra’s, sebutan untuk kulit yang meliputi otak (kepala). Mereka menyebut bendera dan panji tempat berkumpulnya pasukan dengan umm.”

Dzu Ar-Rummah mengatakan :

على رأسه أمّ لنا نقتدي بها * جماع أمور ليس نعصى لها أمرا

Pada ujung tombak itu terdapat panji kami, yang menjadi lambang bagi kami.

Sebagai pedoman segala urusan, yang sedikitpun tak kan kami mengkhianatinya.

(Maksudnya tombak)

Makkah disebut umm al-Qurra’ karena keberadaannya terlebih dahulu dan sebagai penghulu bagi kota-kota lain. Ada juga yang berpendapat karena bumi dibentangkan darinya.

Dan benar Al-Fatihah disebut As-Sab’ul Matsani karena dibaca berulang-ulang dalam shalat, pada setiap rakaat, meskipun kata Al-Matsani memiliki makna lain, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti. Insya Alloh

Keutamaan Al-Fatihah

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id bin Mulla, katanya:”Aku pernah mengerjakan shalat, lalu Rasululloh memanggilku, tetapi aku tidak menjawabnya, hingga aku menyelesaikan shalat. Setelah itu aku mendatangi beliau , maka beliau pun bertanya : “ Apa yang menghalangimu datang kepadaku?” Maka aku menjawab :” Ya Rasululloh, sesungguhnya aku tadi sedang mengerjakan shalat” Lalu beliau berkata :”Bukankah Alloh Ta’ala telah berfirman :

ياأيّها الّذين ءامنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعا كم لما يحييكم

Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Alloh dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada yang member kehidupan kepadamu” (Q.S. Al-Anfal :24)

Dan setelah itu beliau bersabda : “ Aku akan ajarkan kepadamu suatu surat yang paling agung di dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid ini”. Maka beliaupun menggandeng tanganku. Dan ketika beliau hendak keluar dari masjid, aku katakana :”Ya Rasululloh, engkau tadi telah berkata akan mengajarkan kepadaku surat yang paling agung di dalam Al-Qur’an.” Kemudian beliau menjawab : ‘Benar, (الحمد لله ربّ العالمين), ia adalah As-Sab’ul Matsani dan Al-Qur’an Azhim yang telah diturunkan kepadku.”

Demikian pula yang diriwayatkan Al-Bukhari, Abu Dawud, An-Nasa-i, dan Inbu Majah, melalui beberapa jalur sanad Syu’bah.

Para ulama menjadikan hadits ini dan semisalnya sebagai dalil keutamaan dan kelebihan sebagian ayat dan surat atas yang lainnya, sebagaimana disebutkan banyak ulama, diantaranya Ishaq bin Rahawaih, Abu Bakar ibnu Al-Arabi, Ibnu Haffar seorang penganut madzhab Maliki.

Sedangkan sekelompok lainnya berpendapat bahwasanya tidak ada keutamaan suatu ayat atau suatu surat atas yang lainnya, karena semuanya merupakan firman Alloh. Supaya hal itu tidak menimbulkan dugaan adanya kekurangan pada ayat yang lainnya, meski semuanya itu memiliki keutamaan.

Pendapat ini dinukil oleh al-Qurthubi dari al-Asy’ari, Abu Bakar al-baqillani, Abu Hatim Ibnu Hibban al-Busti, Abu Hayyan, Yahya bin Yahya, dan sebuah riwayat dari Imam Malik.

Ada hadits riwayat al-Bukhari dalam kitab Fadhailul Qur’an, dari Abu Sa’id al-Khudri, katanya : “ Kami pernah berada dalam suatu perjalanan, lalu kami singgah, tiba-tiba seorang budak wanita datang seraya berkata :” Sesungguhnya kepala suku kami tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak ada di empat, apakah di antara kalian ada yang bisa memberi ruqyah?” Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri bersamanya, yang kami tidak pernah menyangkanya bisa meruqyah. Kemudian orang itu membacakan ruqyah, maka kepala sukunya itu pun sembuh. Lalu ia (kepala suku) menyuruhnya diberi tiga puluh ekor kambing sedang kami diberi minum susu. Setelah ia kembali, kami bertanya kepadanya : “ Apakah engkau memang pandai dan bisa meruqyah?” Maka ia pun menjawab : “ Aku tidak meruqyah kecuali dengan Ummul Kitab”.”Jangan berbuat apapun sehingga kita dating dan bertanya kepada Rasulullah” sahut kami. Sesampainya di Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi, maka beliau pun bersabda : “ Dariman dia tahu bahwa surat Al-Fatihah itu sebagai ruqyah, bagi-bagilah kambing itu dan berikan satu bagian kepadaku.” Demikian pula riwayat Muslim dan Abu Dawud.

(Dilanjutkan dipost berikutnya!!!)

0 komentar:

Posting Komentar